Bengkulu, 23 September 2024—Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan Republik Indonesia bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Provinsi Bengkulu
menyelenggarakan Rapat Koordinasi Pembudayaan Literasi, Inovasi, dan Kreativitas di Balai
Raya Semarak Bengkulu. Kegiatan ini merupakan bagian dari “Gelar Karya Revolusi Mental
melalui Aksi Nyata Pembudayaan Literasi, Inovasi, dan Kreativitas”, yang melibatkan 16
kementerian/lembaga teknis, para pemangku kepentingan, dan perwakilan masyarakat lingkup
Provinsi Bengkulu.
Dipilihnya Provinsi Bengkulu menjadi tuan rumah kegiatan ini karena Pemerintah Provinsi
Bengkulu meraih penghargaan Revitalisasi Bahasa Daerah (RBD) dari Menteri Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi pada 2 Mei 2024 di Jakarta. Penghargaan ini diberikan sebagai
bentuk apresiasi atas komitmen dan kepedulian Pemerintah Provinsi Bengkulu dalam upaya
pelestarian bahasa daerah. Penghargaan tersebut diberikan pada saat Pembukaan Festival Tunas
Bahasa Ibu (FTBI) Nasional Tahun 2024.
Kantor Bahasa Provinsi Bengkulu (Kantor Bahasa) ikut meramaikan kegiatan ini dengan
stan simulasi UKBI dan produk Kantor Bahasa, serta stan pameran batik diwo, bekerja sama
dengan komunitas Az-Zahra Kepahiang.
Gubernur Bengkulu, Rohidin Mersyah, dalam sambutan menyampaikan harapannya agar
acara ini dapat meningkatkan budaya literasi di Provinsi Bengkulu untuk mewujudkan masyarakat
yang literat, inovatif, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Setelah sambutan dari Gubernur Bengkulu, acara dilanjutkan dengan penampilan seni dan
budaya Pemenang FTBI Tingkat Provinsi Bengkulu. Empat tunas muda yang juga dikirim ke
tingkat nasional ini menampilkan dongeng, pembacaan puisi, menulis dan membaca aksara Ulu,
dan tembang tradisional rejung.
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Aminudin Aziz,
turut hadir sebagai narasumber kegiatan. Aminudin menyampaikan materi bertajuk “Arah Baru
Revitalisasi Bahasa Daerah: Menekan Laju Kepunahan Bahasa Daerah di Indonesia”.
Aminudin menjelaskan, ancaman kepunahan bahasa daerah makin hari makin kuat.
Menurut klaim UNESCO (2018), setiap dua minggu ada satu bahasa yang punah. Indonesia yang
memiliki 718 bahasa daerah yang tersebar dari Aceh sampai Papua tidak luput dari ancaman ini.
“Dalam sepuluh tahun terakhir, bahasa Sunda kehilangan dua juta penuturnya. Ini sama
dengan jumlah populasi di Provinsi Bengkulu,” jelas Aminudin.
Untuk mengurangi laju kepunahan bahasa daerah di Indonesia, Badan Bahasa menerapkan
pendekatan baru dalam prinsip pelaksanaan revitalisasi bahasa daerah yang lebih fokus kepada
revitalisasi daripada kepada pendokumentasian bahasa. Kegiatan revitalisasi yang dititikberatkan
keapda tunas bahasa ibu memberikan kebebasan bagi siswa untuk memilih bahan ajar/materi yang
sesuai dengan minat dan bakat mereka.
“Jadi, praktiknya bukan lagi muatan wajib. Ada tujuh materi yang kami sediakan yang bisa
dipilih oleh siswa,” jelas Aminudin. “Siswa yang senang mendongeng bisa ikut materi
mendongeng bahasa daerah. Begitu pun dengan siswa yang suka menulis puisi, komedi tunggal,
tembang tradisi, dan yang lainnya.”
Di tahun ini, Kantor Bahasa sebagai unit pelaksana teknis Badan Bahasa di Bengkulu turut
serta menyelenggarakan program revitalisasi bahasa daerah melalui serangkaian kegiatan. Ada
tujuh bahasa dan dialek yang direvitalisasi, di antaranya, bahasa Enggano, bahasa Rejang, dan lima
dialek bahasa Bengkulu, yakni, Serawai, Pasemah, Lembak, Pekal, dan Nasal.
Sejauh ini, rangkaian kegiatan RBD Kantor Bahasa berjalan dengan sangat baik, berkat
dukungan dan sinergi yang baik dari pemerintah daerah di Bengkulu, baik di tingkat provinsi
maupun kabupaten/kota. Kita tentunya berharap, kolaborasi dan kerja sama yang sudah sangat
baik ini akan terus terjaga dan ditingkatkan demi mendukung terpeliharanya bahasa daerah yang
ada di Provinsi Bengkulu. (JH)